Megalith Besemah merujuk pada kompleks situs megalitik yang terletak di dataran tinggi Bukit Besemah, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan (sekitar 262km dari Kota Palembang). Kompleks megalitik ini terdiri dari berbagai struktur batu besar yang telah berusia ribuan tahun dan merupakan bukti keberadaan peradaban kuno di wilayah ini. Salah satu situs megalitik yang terkenal di Besemah adalah Bukit Siguntang, yang menjadi pusat pengamatan arkeologis dan sejarah. Studi awal mengenai budaya megalitik Besemah dimulai dengan penelitian dan publikasi pertama oleh L. Ullmann dalam artikelnya yang berjudul “Hindoe-belden in binnenlanden van Palembang,” yang terbit dalam Indich Archief pada tahun 1850. Dalam tulisan tersebut, Ullmann menyimpulkan bahwa arca-arca tersebut berasal dari periode Hindu. Namun, pandangan ini ditantang oleh Van der Hoop pada tahun 1932, yang berpendapat bahwa artefak tersebut berasal dari masa yang lebih kuno. Setelah penelitian Van der Hoop, kajian mengenai budaya megalitik Besemah terus dilakukan oleh sejumlah arkeolog, seperti R.P. Soejono, Teguh Asmar, Haris Sukendar, dan Bagyo Prasetyo, bersama dengan peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Palembang. Penelitian ini berfokus intensif pada wilayah Besemah hingga saat ini.
Keberadaan Megalith Besemah menjadi saksi bisu dari kehidupan masyarakat prasejarah yang mendiami wilayah Bukit Besemah. Batu-batu besar yang terpahat dengan berbagai ukiran dan simbol ini diyakini memiliki fungsi sosial, agama, dan ritual dalam kehidupan masyarakat prasejarah tersebut. Beberapa batu megalitik memiliki bentuk menhir (batu tegak) dan dolmen (batu meja) yang mengesankan, menunjukkan tingkat keahlian teknik dan budaya yang tinggi pada masa itu. Para pengunjung dapat mengunjungi tempat wisata bersejarah ini hanya dengan membayar biaya masuk sebesar Rp10.000.